Kamis, 15 Juli 2010

jangan halangi cintaNYA..


Ternyata kita masih di sini. Di dunia ini. Hidup dan belum mati. Mungkin ada duka di antara kita. Yang sakit, yang dicoba, atau yang diuji dengan bencana. Tapi sesungguhnya, keseluruhan hidup kita adalah karunia. Di tubuh kita ada banyak tanda cinta-Nya. Mata, telinga, mulut, tangan, dan banyak lagi lainnya. Di sekeliling kita banyak perlambang kasih sayang-Nya. Ada udara yang kita hirup cuma-cuma. Meski tak semuanya segar. Ada matahari yang bersinar terang. Ada hujan yang setia membasahi tanah-tanah kering dan bebatuan.
Alangkah luas kasih sayang Allah. Allah SWT mengingatkan kita, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesugguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.An-Nahl ayat18).
Saudaraku,Tetapi, lebih dari itu. Ada cinta dan kasih sayang yang sangat diperlukan manusia. Yaitu ampunan Allah atas hamba-hamba-Nya. Perhatikanlah dalam-dalam, bagaimana Rasulullah menggambarkan besarnya cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bahkan telah melakukan kesalahan. Asalkan mereka mau bertaubat

“Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya ketimbang seorang yang kehilangan hewan kendaraannya di daerah tak bertuan. Hewan beserta makanan, minuman dan segala perbekalannya hilang. Orang itu putus asa untuk menemukan hewan kendaraannya. Ia datang ke sebuah pohon dan tertidur di bawah naungannya. Tapi tiba-tiba ketika bangun, hewan yang hilang itu berdiri di sisinya. Ia pun memegang tali kekangnya. Saking gembiranya ia salah ucap dan mengatakan, “Ya Allah engkau hambaku sedang aku Tuhanmu…” (HR Muslim).
Apa yang terlintas dalam benak kita, jika orang yang sangat kita cintai dan kita kasihi ditawan musuh? Kita tidak bisa melihat dan mendekatinya, padahal kita tahu kekejaman dan keburukan musuh itu. Mungkin ia akan menyiksa orang yang sangat kita cintai itu. Tapi ternyata kemudian, orang yang kita kasihi itu dapat melepaskan diri dari cengkraman musuh, lalu ia datang kepada kita tanpa diduga. Kita pasti sangat gembira dan bahagia.
Kita tentu tidak sedang menyamakan bahagia manusiawi kita dengan bahagia Allah. Karena itu tidak dibolehkan. Tetapi yang pasti, orang yang bertaubat kepada Allah dari lumpur dosa dan kedzaliman, sama dengan orang yang berlepas diri dari tawanan syetan dan hawa nafsu. Ia terbebas lalu kembali ke jalan yang semestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar